Mengapresiasi Seni Tari Nusantara
Apresiasi tari merupakan suatu aktivitas seseorang dalam usahanya untuk memahami maksud-maksud yang terkandung dalam suatu karya tari. Apresiasi seni tari bisa dikatakan berhasil atau sukses, apabila suatu karya seni tari tersebut kömunikatif serta mudah dipahami oleh pihak apresiator/pengamat atau penikmatnya.
- A. Apresiasi Keunikan Gerak Tari
Gerakan tari daerah memiliki keunikan-keunikan dari gerakan kaki, leher, kepala, tangan, sampai pada pandangan mata.
1) Keunikan Gerakan Kaki
Gerakan kaki tari dari berbagai daerah berbeda-beda. Masing-masing daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri. Misalnya tari Kalimantan menggunakan gerakan kaki dengan langkah-langkah lincah, sedangkan tari Jawa lebih pelan dan halus, jika berjalan tumit diangkat (jengkit). Pada Tari Sumatera, jika akan berjalan kaki disilangkan lebih dahulu kemudian berjalan seperti meniti bambu atau kayu.
2) Gerakan Leher dan Kepala
Gerakan leher pada tari daerah lebih banyak dilakukan pada tari Jawa dan tari Sunda. Tari Jawa biasanya menggunakan gerakan leher dan kepala yang membentuk angka delapan (pacak gulu Jawa halus). Tari Sunda menggunakan gerak leher dan kepala maju mundur yang sejajar dengan atau penghujung dagu yang bergerak melengkung (ula mangap Sunda). Tari Bali hanya menundukkan kepala sejenak (pacak gulu gagah). Tari Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan jarang menggunakan variasi- variasi gerakan leher dan kepala.
3) Gerakan Mata
Tari Bali sangat jelas dan banyak variasi gerakan matanya (pandangan mata). Pandangan mata pada tari Bali dilakukan tanpa menoleh, mata melirik seolah-olah melihat ujung alis atau mengerling, lirikan mata pada tari Jawa dianggap tabu.
Setiap perubahan tatapan mata pasti disertai dengan gerakan kepala. Bahkan ada aturan jarak pandang yang sudah ditentukan pada tari Jawa. Bagi tari putri jarak pandangan hanya 3x tinggi badan, tari pria harus sama dengan putri, namun tari pria gagah bisa 5x tinggi badan.
4) Gerakan Tangan
Tinggi angkatan lengan pada tari Jawa sangat erat hubungannya dengan etika Jawa. Lengan pada tari Jawa putri tidak pernah diangkat tinggi, ini hanya dibatasi maksimal 30 derajat, pria harus 60 derajat dan pria gagah horizontal. Tari Bali selalu mengangkatlengansecara horizontal, ada yang menyudutada yang lurus. TariSulawesi menggunakan gerakan tangan yang anggun penuh kelembutan. Tari Kalimantan menggunakan gerak horizontal yang dipadukan dengan gerakan membawa senjata yang diayun-ayunkan.
- B. Apresiasi Musik Pengiring Tari
Bentuk iringan musik pada tari tradisional sebagai berikut,
1) Musik gamelan, berfungsi untuk mengiringi tari Jawa, Bali, dan Sunda.
2) Musik gambus, berfungsi untuk mengiringi tari Melayu.
3) Musik gondang, berfungsi untuk mengiringi tarian Batak terutama Tor-tor.
4) Musik talempong, berfungsi untuk mengiringi tari daerah Minang.
5) Musik sampek, berfungsi untuk mengiringi tari yang berkembang di daerah Kalimantan.
- C. Apresiasi Penjiwaan dalam Menari
Penjiwaan dalam menari merupakan kemampuan penari dalam menghayati dan mengekpresikan karakter peran dan karakter tari, pada waktu menari. Penjiwaan dalam menari dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah wirasa.
Penari mempunyai tugas tidak hanya mengkomunikasikan gagasan dalam tari, namun tugas utamanya adalah memberikan nyawa kepada tari, melalui bahasa tubuhnya dan melalui ekspresinya, sehingga ségala pesan yang terkandung dalam tari dapat juga dihayati, dipahami dan dapat diinterpretasikan oleh penontonnya. Untuk sampai kepada kemampuan penjiwaan dalam menari, ada beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang penari, sebagai berikut.
- Memiliki kelerampilan teknis gerak, antara lain: kemampuan menghafal urutan gerak, kemampuan olah tubuh, kemampuan mentaati gaya tari dan kelenturan.
- Memiliki kepekaan musikal, yaitu kepekaan dalam menyelaraskan ritme gerak tubuh dengan ritme musiknya atau menyelaraskan ritme gerak dengan penari lainnya.
- Mampu mengliayati dan mengekpresikan karakter peran dan karakter tari.
Komentar
Posting Komentar