Contoh Soal dan Jawaban Simulasi Digital

Contoh Soal dan Jawaban Simulasi Digital 1.Menggabungkan semua komponen pembentuk movie, baik itu video, audio, teks, efek, filter, dan sebagainya menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa diubah-ubah lagi, adalah fungsi dari proses … a. Rigging b. Rendering c. Lighting d. Modeling e. Compositing 2.Gerak kamera secara horizontal disebut … a. Tilting b. Dollying c. Panning d. Zooming e. Trcking 3.Yang bukan merupakan peralatan berkaitan dengan pembuatan video adalah … a. Scenner b. Lampu c. Kamera d. Mikropon e. Lampu kamera 4.Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan video adalah .. a. Menyusun naskah b. Menentukan actor dan aktris c. Menentukan ide d. Membuat setting tempat pengambilan gambar e. Membuat Storyboard 5.Efek saat bergantian objek dalam suatu alur cerita atau clip dikenal dengan istilah … a. Transisi b. Cut to cut c. Transformasi d. Wripe out e. Cut away 6.Gerakan kamera yang bertujuan untuk menggiring mata penonton pada aktivitas tertentu pada subjek adalah … a. T

Mengapresiasi Seni Budaya Nusantara

Mengapresiasi Seni Budaya Nusantara 
1. Apresiasi Karya Seni Rupa Nusantara
 Apresiasi seni rupa merupakan suatu bentuk pengakuan, penghargaan, atau penilaian untuk sebuah karya seni berupa objek yang dapat dinikmati dengan melihat dan merasakannya. Mengapresiasi suatu karya seni rupa perlu memperhatikan unsur-unsur seperti tema, gaya, teknik, dan komposisi. Untuk mengapresiasi seni juga tidak dengan hanya menilai suatu karya seni saja, tapi dapat mengapresiasi sesuatu yang ada di sekitar kita. 
Berikut adalah beberapa aspek yang bisa dijadikan ukuran atau kriteria sebuah penilaian dalam mengapresiasikan karya seni rupa. 

a. Aspek Ide atau Gagasan 
Proses kreatif dalam dunia kesenirupaan merupakan suatu proses yang timbul dari imajinasi menjadi kenyataan. Proses mencipta suatu benda melalui pikiran, dan melaksanakannya melalui proses sehingga masyarakat dapat menikmati dan meman- faatkannya. Ekspresi yang muncul akibat adanya rangsangan dari luar dan ilham dari dalam menciptakan suatu keunikan sendiri. Keunikan ekspresi pribadi itulah yang disebut kreativitas. 

b. Aspek Penguasaan Teknis
Teknik adalah cara untuk mewujudkan suatu ide menjadi hal-hal yang kongkrit dan punya nilai. Ketidaktrampilan dalam penggunaan teknik akan berdampak pada karya yang dihasilkan. Demikian dalam hal pemilihan teknik juga harus menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan karya seni. Kesalahan dalam pemilihan teknik, juga akan berdampak pada karya seni yang dihasilkan. Itulah sebabnya aspek penguasaan teknik perlu dipertimbangkan dalam penilaian sebuah karya seni.
 
c. Aspek Penguasaan Bahan 
Setiap bahan mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda, misalnya sifat rotan adalah lentur, logam adalah keras, tanah liat adalah plastis dan masih banyak lagi. Untuk itu seorang pencipta karya seni harus tahu betul sifat dan karakter bahan yang digunakan. Kesalahan dalam memilih bahan juga akan berakibat pada hasil karya yang dibuatnya. Untuk itulah aspek penguasaan bahan dalam penilaian karya seni rupa terapan patut dipertimbangkan.

d. Aspek Kegunaan 
Sebagaimana dalam aspek pertimbangan penciptaan karya seni terapan, perlu mempertimbangkan aspek kegunaan (applied), maka dalam penilaian juga perlu mempertimbangkan aspek tersebut. Hal ini sangat penting mengingat fungsi utama dalam seni rupa'terapan adalah kegunaan. Segi-segi penilaian yang perlu dipertimbangkan dalam kegunaan adalah segi kenyamanan dalam penggunaan, segi keluwesan/fleksibelitas dan segi keamanan dalam penggunaannya. 

e. Aspek Wujud (Form
Aspek wujud (form) adalah aspek yang berhubungan erat dengan prinsip-prinsip komposisi. Prinsip-prinsip komposisi itu meliputi proporsi, keseimbangan (halance), irama (ritme), kontras, klimaks, kesatuan (unity). Prinsip itulah yang menjadi ukuran untuk menilai karya seni dari segi wujud atau form. 

f. Aspek Gaya atau Corak 
Karya seni adalah karya perseorangan, ia lahir dari cita, visi, dan interpretasi individual seorang seniman. Seorang yang mempunyai watak yang keras akan tercermin karya-karya yang keras baik dalam segi bentuk, pewarnaan ataupun dalam pemilihan dan pengelolahan tema. Gaya atau corak seseorang dalam menciptakan karya seni, perlu juga dipertimbangkan dalam penilaian pada sebuah apresiasi. 
g. Aspek Kreativitas sini adalah kreativitas yang bersangkutan dengan karya 
Kreativitas yang dimaksud seni. Banyak cara untuk menemukan kreativítas, misalnya dalam penggunaan media, bahan, alat, dan teknik yang berbeda dari yang sebelumnya. Kreativitas juga bisa didapat dengan menampilkan bentuk-bentukbaru atau memadukan unsur baru dengan yang lama. Bila hal-hal di atas dapat dicapai pada penciptaar karya seni rupa, khususnya karya seni rupa terapan, maka penilaian dari aspek ini menjadi penting untuk dipertimbangkan. 

h. Aspek Tempat 
Pertimbangan tempat di mana karya itu akan diletakkan harus mendapat perhatian dari seorang perancang karya seni rupa terapan. Seperangkat meja kursi makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan rumah tangga, tentunya harus berbeda dengan seperangkat meja kursi makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan suatu rumah makan besar. 

Proses penilaian karya seni berlangsung dalam mencari nilai-nilai seni, pemahaman isi dan pesan dari karya seni, dan mengadakan perbandingan-perbandingan sehingga didapatkan kesimpulan. Penilaian merupakan pekerjaan yang kompleks, karena pemahaman terhadap makna karya seni tidaklah mudah. Empati yaitu ikut merasakan suka duka, pikiran, perasaan, watak, dan pandangan hidup yang tercermin pada karya seni tersebut. Di samping itu penikmatan karya seni rupa juga merupakan suatu hiburan, sepertihalnya ketika kita melihat film atau pertunjukan, dimana salah satu tujuannya adalah untuk mencari hiburan atau kesenangan. Apresiasi seni pada dasarnya adalah untuk memperoleh pengalaman estetis, yaitu pegalaman yang didapatkan dari perikmatan seni secara sadar, terarah, dan bertujuan. Terdapat beberapa tingkatan dalam apresiasi seni rupa, sebagai berikut. 
  • Penikmatan, seseorang dapat menikmati suatu karya seni rupa dan memperoleh kepuasan dalam menikmati karya seni tersebut. 
  • Pemahaman, merupakan kegiatan memahami dan menyimpulkan pendapat dari hasil menikmati karya seni rupa yang dipamerkan. 
  • Perúlaian, merupakan sikap seseorang dalam memahami dan menanggapi isi suatu karya seni rupa sehingga mampu mengharagai karya seni rupa tersebut. 
  • Penghayatan, merupakan suatu tindakan menghayati dan meyakini hakikat suatu karya seni. 
  • Implikasi, menerapkan hasil penilaian schingga mampu menciptakan ide atau pun gagasan yang baru.

 2. Mengapresiasikan Karya Seni Musik Nusantara
Musik Nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini, yang menunjukkan atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa maupun gaya melodinya. Musik Nusantara terdiri dari musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam, musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop. Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia sebagai sarana upacara budaya (ritual), sarana hiburan, sarana ekspresi diri, sarana komunikasi, pengiring tarian, dan sarana ekonomi. 
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop. 

a. Musik Daerah/Tradisional 
Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. 
Seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek. 
  • 1) Instrumen Musik Perkusi 
Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya dipukul, baik menggunakan tangan maupun stik. 
a) Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut degung dan di Bali (gamelan Bali). 
b) Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatra Barat. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do). 
c) Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang mempunyai tangga nada diatonis yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat kolintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat musik ini dipukul dengan menggunakan stik. 
d) Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bahan bambu yang dimainkan dengan melodis dan ritmis. 
e) Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta, Jawa Timur kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan, baik untuk mengiringi tari, wayang, ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai dari yang kecil hìngga besar. 
  • 2) Instrumen Musik Petik 
Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang di atasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai kecapi adalah siter dari daerah Jawa Tengah. Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur (Timor) kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya dibuat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
Sampek (sampe/sapek)adalahalat musik yang bentuknyamenyerupai gitarberasal dari daerah Kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang dipenuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah hapetan daerah Tapanuli, jungga dari daerah Sulawesi Selatan. 
  • 3) Instrumen Musik Gesek 
Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah rebab. Rebab berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian Betawi). Rebab terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai duabuah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah ohyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di Bali, Jawa dan Kalimantan Selatan. 
  • 4) Instrumen Musik Tiup 
Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. Hampir semua daerah di Indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatra Barat, serunai dapat dijumpai di Sumatra Utara, Kalimantan. Suling lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2 cm. Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempuyai 4-6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Papua. 
b. Musik Keroncong 
Secara umum, musik keroncong memiliki harmoni musik dan improvisasi yang sangat terbakas. Umumnya lagu-lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair-syairnya terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat musik. 
c. Musik Dangdut 
Musik dangdut merupakan hasil perpaduan antara musik India dengan musik Melayu, musik ini kemudian berkembang dan menampilkan cirinya yang khas dan berbeda dengan musik akarnya. Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi yang menghasilkan bunyi ndut). Selain itu, iramanya ringan, sehingga mendorong penyanyi dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya. Lagunya pun mudah dicerna, sehingga tidak susah untuk diterima masyarakat. 
e. Musik Populer (Pop) 
Musik ini memiliki ciri, antara lain penggunaan ritme yang terasa bebas dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Komposisi melodinya juga mudah dicerna. Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan penghayatan pendengar atau penontonnya. 
Mengapresiasikan nada-nada musik nusantara sebagai berikut. 
a. Sistem Nada Diatonis Berawal dari bangsa Yunani (sebelum 1100 SM) Terpander adalah orang yang mengembangkan susunan nada semula 4 nada dan Polynertus (700 SM) orang yang menggunakan sistem 7 nada. Tangga nada Diatonis adalah tangga nada yang mempunyai jarak nada 1 dan1/2 Nada dalam tangga nada Diatonis, awalnya hanya mempunyai 4 nada, yang disebut dengan Tetrachord, awalnya nada-nada ini dimainkan pada instrumen Lyra. 
b. Sistem Nada Pentatonis (Musik Indonesia Asli) 
Musik yang dipakai dalam alat musik tradisional Nusantara memakai sistem nada pentatonis. Di dalam musik tradisional istilah notasi, disebut dengan titilaras.

3. Mengapresiasi Seni Tari Nusantara
 Apresiasi tari merupakan suatu aktivitas seseorang dalam usahanya untuk memahami maksud-maksud yang terkandung dalam suatu karya tari. Apresiasi seni tari bisa dikatakan berhasil atau sukses, apabila suatu karya seni tari tersebut kömunikatif serta mudah dipahami oleh pihak apresiator/pengamat atau penikmatnya. 
  • a. Apresiasi Keunikan Gerak Tari 
Gerakan tari daerah memiliki keunikan-keunikan dari gerakan kaki, leher, kepala, tangan, sampai pada pandangan mata. 
1) Keunikan Gerakan Kaki 
Gerakan kaki tari dari berbagai daerah berbeda-beda. Masing-masing daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri. Misalnya tari Kalimantan menggunakan gerakan kaki dengan langkah-langkah lincah, sedangkan tari Jawa lebih pelan dan halus, jika berjalan tumit diangkat (jengkit). Pada Tari Sumatera, jika akan berjalan kaki disilangkan lebih dahulu kemudian berjalan seperti meniti bambu atau kayu. 
2) Gerakan Leher dan Kepala 
Gerakan leher pada tari daerah lebih banyak dilakukan pada tari Jawa dan tari Sunda. Tari Jawa biasanya menggunakan gerakan leher dan kepala yang membentuk angka delapan (pacak gulu Jawa halus). Tari Sunda menggunakan gerak leher dan kepala maju mundur yang sejajar dengan atau penghujung dagu yang bergerak melengkung (ula mangap Sunda). Tari Bali hanya menundukkan kepala sejenak (pacak gulu gagah). Tari Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan jarang menggunakan variasi- variasi gerakan leher dan kepala. 
3) Gerakan Mata 
Tari Bali sangat jelas dan banyak variasi gerakan matanya (pandangan mata). Pandangan mata pada tari Bali dilakukan tanpa menoleh, mata melirik seolah-olah melihat ujung alis atau mengerling, lirikan mata pada tari Jawa dianggap tabu.
 Setiap perubahan tatapan mata pasti disertai dengan gerakan kepala. Bahkan ada aturan jarak pandang yang sudah ditentukan pada tari Jawa. Bagi tari putri jarak pandangan hanya 3x tinggi badan, tari pria harus sama dengan putri, namun tari pria gagah bisa 5x tinggi badan. 
4) Gerakan Tangan 
Tinggi angkatan lengan pada tari Jawa sangat erat hubungannya dengan etika Jawa. Lengan pada tari Jawa putri tidak pernah diangkat tinggi, ini hanya dibatasi maksimal 30 derajat, pria harus 60 derajat dan pria gagah horizontal. Tari Bali selalu mengangkatlengansecara horizontal, ada yang menyudutada yang lurus. TariSulawesi menggunakan gerakan tangan yang anggun penuh kelembutan. Tari Kalimantan menggunakan gerak horizontal yang dipadukan dengan gerakan membawa senjata yang diayun-ayunkan.
  • b. Apresiasi Musik Pengiring Tari 
Bentuk iringan musik pada tari tradisional sebagai berikut, 
1) Musik gamelan, berfungsi untuk mengiringi tari Jawa, Bali, dan Sunda. 
2) Musik gambus, berfungsi untuk mengiringi tari Melayu. 
3) Musik gondang, berfungsi untuk mengiringi tarian Batak terutama Tor-tor. 
4) Musik talempong, berfungsi untuk mengiringi tari daerah Minang. 
5) Musik sampek, berfungsi untuk mengiringi tari yang berkembang di daerah Kalimantan. 
c. Apresiasi Penjiwaan dalam Menari 
Penjiwaan dalam menari merupakan kemampuan penari dalam menghayati dan mengekpresikan karakter peran dan karakter tari, pada waktu menari. Penjiwaan dalam menari dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah wirasa. 
Penari mempunyai tugas tidak hanya mengkomunikasikan gagasan dalam tari, namun tugas utamanya adalah memberikan nyawa kepada tari, melalui bahasa tubuhnya dan melalui ekspresinya, sehingga ségala pesan yang terkandung dalam tari dapat juga dihayati, dipahami dan dapat diinterpretasikan oleh penontonnya. Untuk sampai kepada kemampuan penjiwaan dalam menari, ada beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang penari, sebagai berikut. 
1) Memiliki kelerampilan teknis gerak, antara lain: kemampuan menghafal urutan gerak, kemampuan olah tubuh, kemampuan mentaati gaya tari dan kelenturan. 
2) Memiliki kepekaan musikal, yaitu kepekaan dalam menyelaraskan ritme gerak tubuh dengan ritme musiknya atau menyelaraskan ritme gerak dengan penari lainnya. 
3) Mampu mengliayati dan mengekpresikan karakter peran dan karakter tari.

4. Mengapresiasi Seni Teater Nusantara 
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yarig secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan tinsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. 
Sikap apresialif dapat dimunculkan dalam diri seorang siswa terhadap seni teater Nusantara dengan melakukan kegiatan sebagai berikut. unsur utama untuk 
a. Melihat dan memperhatikan seni pertunjukan teater baik yang dilakukan secara langsung maupun dilakukan melalui layar kaca. 
b Mencari dan membaca naskah drama. 
c. Melakukan usaha yang lainnya dalam rangka merangsang daya apresiasi seorang siswa.
Sebaiknya jika siswa sebelum mengapresiasi suatu karya seni teater perlu tahu terlebih dulu unsur-unsur yang membangun karya tersebut, misalnya saja, tata riasnya, lakonnya, musik pengiringnya, dan sebagainya. 
  • a. Apresiasi Naskah Teater 
Kata teater atau drama berasal dari bahasa Yunari "theatron" yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan. 
Naskah drama teater terdiri dari beberapa hal sebagai berikut.
1) Tema Cerita 
Tema adalah inti sari cerita yang dipakai sebagai landasan dalam menentukan arah tujuan cerita. 
2) Amanat 
Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu adalah memiliki pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton. 
3) Plot/Alur 
Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, plot adalah jalan cerita drama. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik yang sederhana hingga menjadi konflik yang kompleks sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik ada yang happy ending, atau berakhir sedih atau penonton disuguhkan cerita dengan menafsirkan sendiri akhir cerita. 
4) Karakter
Karakter atau perwatakan adałah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah dan suka menolong, sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa juga tokoh berdialek suku tertentu. 
5) Dialog 
Jalan cerita lakon diwujudkan melalui dialog dan gerak yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menghidupkan plot lakon. 
6) Setting/Latar 
Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan. Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting apa yang dikehendaki. Setting/latar dibagi menjadi tiga yaitu latar peristiwa, latar tempat, dan latar waktu 
  • b. Apresiasi Lakon Teater 
Mengapresiasi tipe-tipe lakon dalam teater nusantara sebagai berikut. 
1) Drama 
Drama adalah salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia vang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi tetapi tidak mengagungkan sifat tragedi. Contoh lakon-lakon drama adalah Hedda Gabler, Musuh Masyarakat, Brand, Boneka Mainan, Tiang-Tiang Masyarakat, Hantu-Hantu (IHenrik Ibsen), Domba- domba Revolusi (B. Sularto), Titik-titik Hitam (Nasjah Djamin). 
2) Tragedi 
Tujuan utama lakon tragedi ini adalah membuat kita mengalami pengalaman emosi melalui identifikasi para tokoh dan untuk menguatkan kembali kepercayaan Dada diri sendiri sebagai bagian dari manusia, Tokoh dalam lakon tragedi ini biasanya tokoh terpandang, raja, kesatria, atau tokoh yang memiliki pengaruh di masyarakat sehingga identifikasi penonton terhadap tokoh tersebut merasa betul-betul kasihan Tokoh utama dalam lakon tragedi di akhir cerita biasanya mengalami kesengsaraan dan kematian yang tragis.
3) Komedi
Lakon komedi adalah lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan hidupnya. Jadi lakon komedi bukan hanya sekedar lawakan kosong tetapi hárus mampu membukakan mata penonton kepada kenyataan kehidupan sehari-hari yang lebih dalam. Tokoh dalamn lakon komedi ini biasanya adalah orang-orang yang lemah, tertindas, bodoh, dan lugu sehingga identifikasi penonton terhadap tokoh tersebut bisa ditertawakan dan dicemoohkan. 
4) Satir 
 Lakon satir adalah lakon yang mengemas kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek báhkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa sebuah perbaikan. Tujuan drama satir tidak hanya semata-mata sebagai humor biasa, tetapi lebih sebagai sebuah kritik terhadap seseorang, atau kelompok masyarakat dengan cara yang sangat cerdik. Lakon satir hampir sama dengan komedi tetapi ejekan dan sindiran dalam satir lebih agresif dan terselubung. Sasaran dari lakon satir adalah orang, ide, sebuah institusi atau lembaga maupun masalah sosial yang menyimpang.
5) Melodrama 
Melodrama adalah lakon yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. Menurut Herman J. Waluyo (2001) melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan perasaan penonton. Pemeritasan lakon-lakon melodrama sangat berbeda dengan jenis-jenis lakon lainnya, pementasannya seolai- olah dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. 
  • c. Apresiasi Teknik Seni Peran Teater 
Untuk tampil bagus dan menarik dipanggung teater, seorang aktor harus menguasai berbagai teknik dan keterampilan seni peran. Seorang aktor harus menguasai olah tubuh, vokal, dan harus mempunyai daya konsentrasi, imajinasi, fantasi, observasi serta mempunyai kecerdasan, wawasan, pengetahuan yang luas tentang berbagai hal dalam kehidupannya. 
1) Olah Tubuh 
Latihan olah tubuh melatih kesadaran tubuh dan cara mendayagunakan tubuh. Olah tubuh dilakukan dalam tiga tahap, yaitu latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan pendinginan. 
  • a) Latihan pemanasan (warm up), yaitu serial latih meningkatkan sirkulasi dan meregangkan otot dengan cara bertahap. 
  • b) Latihan inti, yaitu serial pokok dari inti gerakan yang akan dilatihkan. 
  • c) Latihan pendinginan atau peredaan (cooling down), yaitu serial pendek gerakan tubuh untuk mengembalikan kesegaran tubuh setelah menjalani latihan inti. gerakan tubuh untuk 
2) Olah Pikir 
Tujuan dari konsentrasi adalah untuk mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik di atas panggung. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang pemain harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat. Langkah awal yang perlu diperhatikan adalah mengasah kesadaran dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien. Dengan konsentrasi, pemain akan dapat mengubah dirinya menjadi peran yang dimainkan.
3) Olah Suara 
Seorang pemain teater dituntut untuk memiliki kemampuan mengolah suara yang baik. Pada hakikatnya suara merupakan faktor penting karena sebagai penyampai pesan kepada penonton. penguasaan intonasi, diksi, dan artikulasi. Setiap kata yang diucapkan harus jelas dan wajar sesuai dengan tuntutan karakter tokoh yang diperankan. Seorang aktor perlu latihan olah suara dengan tahapan-tahapan tertentu. Latihan olah suara dapat dilakukan dengan mengucapkan kata vokal seperti a, i, u, e, o sesuai dengan bentuk mulut. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapresiasi Seni Teater Nusantara

Pengertian Kebaharian, Kemaritiman dan Kelautan

Memahami Tipe Data Sederhana,Tipe Data Terstruktur dan Tipe Data Penunjuk